Makalah Mesin Konversi Energi Nuklir

BAB  I   
PENDAHULUAN

Masalah energi merupakan salah satu isu penting yang sedang hangat dibicarakan. Semakin berkurangnya sumber energi, penemuan sumber energi baru, pengembangan energi-energi alternatif, dan dampak penggunaan energi minyak bumi terhadap lingkungan hidup menjadi tema-tema yang menarik dan banyak didiskusikan. Pemanasan global yang diyakini sedang terjadi dan akan memasuki tahap yang mengkhawatirkan disebut-sebut juga merupakan dampak penggunaan energi minyak bumi yang merupakan sumber energi utama saat ini.
Dampak lingkungan dan semakin berkurangnya sumber energi minyak bumi memaksa kita untuk mencari dan mengembangkan sumber energi baru. Salah satu alternatif sumber energi baru yang potensial datang dari energi nuklir. Meski dampak dan bahaya yang ditimbulkan amat besar, tidak dapat dipungkiri bahwa energi nuklir adalah salah satu alternatif sumber energi yang layak diperhitungkan.


Apa Itu Nuklir?
Nuklir adalah sebutan untuk bentuk energi yang dihasilkan melalui reaksi inti, baik itu reaksi fisi (pemisahan) maupun reaksi fusi (penggabungan). Sumber energi nuklir yang paling sering digunakan untuk PLTN adalah sebuah unsur radioaktif yang bernama Uranium. Bagaimana caranya sebuah unsur radioaktif mampu menghasilkan panas yang besar? Tentu saja bukan dengan dibakar. Namun melalui reaksi pemisahan inti (reaksi fisi). Biar tidak terlalu rumit penjelasannya, perhatikan gambar berikut :
http://102fm-itb.org/uploads/nukebomb4.jpg
Gambar 1 : Reaksi pemisahan inti (reaksi fisi)


Atom uranium (U-235) (digambarkan dengan warna hitam merah di sebelah kiri) memiliki inti yang tidak stabil ketika ada neutron (warna hitam di paling kiri) yang ditembakkan pada inti atom tersebut, maka inti atom uranium akan membelah menjadi dua buah inti atom, yakni atom Barium (Ba-141) dan atom Kripton (Kr-92) serta tiga neutron (warna hitam di kanan). Karena massa atom sebelum pembelahan lebih besar dari pada massa atom setelah pembelahan, maka selisih massa (disebut defek massa) tersebut berubah menjadi energi panas yang besarnya sekitar 200 MeV (Mega elektron volt), ini baru satu buah inti atom. satu gram uranium saja tentu memiliki banyak inti. Sehingga panas yang dihasilkan luar biasa besar, karena uranium bahan tambang maka bentuknya juga padat.


http://knol.google.com/k/-/-/1x8elf7fue7ro/fotwuw/2004-05-oklo.pnghttp://www.silverbearcafe.com/beartracks/images/uranium2.jpg

Gambar 2 : Bahan tambang Uranium


BAB  II
TENAGA NUKLIR SEBAGAI SUMBER ENERGI

Seiring dengan perkembangan dunia di mana populasi semakin bertambah, perkembangan teknologi yang semakin pesat, dan naiknya gaya hidup di negara-negara maju, maka dibutuhkan banyaknya sumber energi listrik. Sumber energi di dunia yang tersedia saat ini meliputi energi batu bara, nuklir, bensin, angin, matahari, hidrogen, dan biomassa. Dari masing-masing jenis energi di atas, terdapat kelebihan dan kelemahan masing-masing.
  1. Batu Bara
Kelebihan   :   Tidak mahal bahan bakarnya, mudah untuk didapat.
Kelemahan  :    Dibutuhkan kontrol untuk polusi udara dari pembakaran batu bara tersebut, berkontribusi terhadap peristiwa hujan asam dan pemanasan global.
  1. Nuklir
Kelebihan   :  Bahan bakarnya tidak mahal, mudah untuk dipindahkan (dengan sistem keamanan yang ketat). Energi yang dihasilkan sangat tinggi, dan tidak mempunyai efek rumah kaca dan hujan asam.
Kelemahan :  Butuh biaya yang besar untuk sistem penyimpanannya, disebabkan dari bahaya radiasi energi nuklir itu sendiri. Masalah kepemilikan energi nuklir, disebabkan karena bahayanya nuklir sebagai senjata pemusnah massal dan produk buangannya yang sangat radioaktif. 
  1. Bensin
Kelebihan   :     Sangat mudah untuk didistribusikan, mudah untuk didapatkan,  energinya cukup tinggi.
Kelemahan :     Untuk sekarang, sumber bahan bakarnya sudah tinggal sedikit. Berkontribusi terhadap pemanasan global, dan harganya semakin mahal seiring dengan ketersediaannya.

d. Matahari
Kelebihan   :   Energi matahari bebas untuk didapatkan.
Kelemahan :     Tergantung pada cuaca, waktu, dan area. Untuk teknologi saat ini, masih dibutuhkan area yang luas untuk meletakkan panel surya dan energi yang dihasilkan dari panel surya tersebut masih sangat sedikit. 
e.  Angin
Kelebihan  :     Angin mudah untuk didapatkan dan gratis. Biaya perawatan danmeregenerasi energinya semakin murah dari waktu ke waktu. Sumber energi ini baik digunakan di daerah pedesaan terutama pada daerah pertanian.
Kelemahan :     Membutuhkan banyak pembangkit untuk menghasilkan energi yang besar. Terbatas untuk area yang berangin saja, membutuhkan sistem penyimpanan energi yang mahal. Pada saat musim badai, angin dapat merusak instalasi pembangkit listrik.
f. Biomassa
Kelebihan :    Masih dalam tahap pengembangan, membutuhkan instalasi pembangkit yang tidak terlalu besar.
Kelemahan :  Tidak efisien jika hanya sedikit instalasi pembangkit yang dibangun, berkontribusi terhadap pemanasan global.
g. Hidrogen
Kelebihan   :     Mudah dikombinasikan dengan oksigen untuk menghasilkan air dan energi.
Kelemahan :     Sangat mahal untuk biaya produksi, membutuhkan energi yang lebih besar untuk membuat hidrogennya sendiri.

Dengan berdasarkan fakta di atas, dapat dilihat sumber energi dari nuklir sangat dibutuhkan, karena terdapat beberapa sumber energi (seperti bensin dan batu bara) yang ketersediaannya di alam semakin sedikit, sehingga dibutuhkan sumber energi yang baru. 


Bahan Bakar Nuklir
Bahan bakar nuklir adalah semua jenis material yang dapat digunakan untuk menghasilkan energi nuklir, demikian bila dianalogikan dengan bahan bakar kimia yang dibakar untuk menghasilkan energi. Hingga saat ini, bahan bakar nuklir yang umum dipakai adalah unsur berat fissil yang dapat menghasilkan reaksi nuklir berantai di dalam reaktor nuklir. Bahan bakar fissil yang sering digunakan adalah 235U dan 239Pu, dan kegiatan yang berkaitan dengan penambangan, pemurnian, penggunaan, dan pembuangan dari material-material ini termasuk dalam siklus bahan bakar nuklir. Siklus bahan bakar nuklir penting adanya karena terkait dengan PLTN dan senjata nuklir.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg7YRAA1pu27iJsIWPQuyaPHgvB1aJwI1UC5HX1-CwK-5SIrgrLf98y6JsgYF09NV9zEi6kWWQCHGLw9yGuKUIGbHWFUtbxukzdTfvPyO5TqNbcucNrpxpm1BqfIvzyuCDHCuEncsP1x_E/s320/nuclear.JPG
Gambar 3 : Proses pengolahan Uranium


Bahan bakar nuklir tradisional yang digunakan di USA dan beberapa negara yang tidak melakukan proses daur ulang bahan bakar nuklir bekas mengikuti empat tahapan seperti yang terdapat dalam gambar di atas. Proses di atas berdasarkan siklus bahan bakar nuklir. Pertama, uranium diperoleh dari pertambangan. Kedua, uranium diproses menjadi “Yellow Cake”. Langkah berikutnya adalah mengubah “Yellow Cake” menjadi UF6 untuk proses pengkayaan dan kemudian diubah menjadi uranium dioksida, atau tanpa proses  pengkayaan untuk kemudian langsung ke tahap ke-4 sebagaimana yang terjadi untuk bahan bakar reaktor nuklir pada umumnya.


Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN)
Pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) menyediakan sekitar 17 persen dari total tenaga listrik dunia. Beberapa negara membutuhkan tenaga nuklir yang lebih besar daripada negara lain. Di Prancis, menurut International Atomic Energy Agency (IAEA), 75 persen tenaga listriknya dihasilkan oleh reaktor nuklir. Jumlah pembangkit tenaga listrik di dunia diperkirakan lebih dari 400 buah dengan 100 buah di antaranya berada di Amerika Serikat.
  
 Desain  PLTN
Salah satu jenis PLTN adalah Pressurized Water Reactor (PWR), Reaktor jenis ini adalah reaktor paling umum, 230 PLTN di seluruh dunia menggunakan jenis ini. gambar skemanya :
http://www.batan.go.id/FAQ/faq_pltn_02.jpg
Gambar 4 : Salah satu desain PLTN
Air yang bersuhu tinggi dan yang bersentuhan langsung dengan bahan bakar Uranuim (warna merah) selalu berada di dalam containment, containmentnya sendiri dibuat dengan bahan struktur yang tidak mampu ditembus oleh radiasi yang dipancarkan saat terjadi reaksi inti. di dalam reactor vessel juga terdapat control rod yang berfungsi sebagai batang pengendali reaksi inti.


BAB  III
PENGGUNAAN NUKLIR UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK

Secara  umum  yang  dimaksudkan  dengan  PLTN  adalah  pembangkit listrik   tenaga   nuklir   yang   merupakan suatu   kumpulan   mesin   yang   dapat membangkitkan tenaga listrik dengan memanfaatkan tenaga nuklir sebagai tenaga awalnya.  Sebelum  melanjutkan  ke  prinsip  kerja  dari  PLTN  ini,  ada  baiknya penyusun terangkan sedikit tentang Proses Fisi dan Fusi Nuklir.
-     Fisi Nuklir
Proses  fisi  adalah  proses  utama  pada  reaktor  nuklir  terjadi  ketika sebuah  inti bermassa  berat.  Pada  reaksi  fisi,  inti  senyawa  yang  terangsang terbelah  menjadi dua inti massa yang lebih rendah, disebut produk isi, dan produk ini disertai oleh dua atau tiga neutron dan radiasi fisi gamma. Adapun tiga  bahan  bakar  yang  dapat  berfisi  antara  lain  :  Uranium-235   (U235), Uranium-233 (U233) dan Plutonium-239 (Pu239). Ketiga bahan bakar ini besifat radioaktif tetapi mereka mempunyai massa paruh yang sangat lama.
-               Fusi Nuklir
Proses  fusi  pada  dasarnya  adalah  sebuah  anti  tesis  dari  proses  fisi. Dalam proses fisi, inti bermasa berat membelah menjadi inti bermasa ringan, sambil melepaskan kelebihan energi pengikatan. Sedangkan pada reaksi fusi, inti  bermasa  ringan  bergabung  dalam  rangka  melepaskan  kelebihan  energi pengikatan. Jadi reaksi fusi adalah reaksi umum yang “meminyaki” matahari dan telah dipakai di bumi untuk melepaskan energi dalam jumlah yang besar didalam termonuklir atau bom hydrogen.
Dalam fisika, fusi nuklir (reaksi termonuklir) adalah sebuah proses di mana dua inti atom bergabung,  membentuk  inti atom yang lebih besar dan melepaskan  energi.  Fusi  nuklir  adalah  sumber  energi  yang  menyebabkan bintang bersinar, dan senjata nuklir meledak. Proses ini membutuhkan energi yang  besar  untuk  menggabungkan  inti  nuklir,  bahkan  elemen  yang  paling ringan, hidrogen. Tetapi fusi inti atom yang ringan, yang membentuk inti atom yang lebih berat dan netron bebas, akan menghasilkan energi yang lebih besar lagi dari energi yang dibutuhkan untuk menggabungkan mereka maka sebuah reaksi  eksotermik  yang  dapat  menciptakan  reaksi  yang  terjadi  sendirinya. Energi  yang  dilepas  di banyak  reaksi  nuklir  lebih  besar  dari  reaksi  kimia, karena energi pengikat yang mengelem kedua inti atom jauh lebih besar dari energi  yang  menahan  elektron  ke  inti  atom.  Contoh:  energi  ionisasi  yang diperoleh  dari  penambahan  elektron  ke hidrogen  adalah  13.6  elektron  volt lebih kecil satu per sejuta dari 17 MeV yang dilepas oleh reaksi Deuterium Tritium (D-T) fusion seperti gambar di bawah ini.




Gambar 5 : Reaksi D-T Fusion


Energi Nuklir
Di  dalam  inti  atom  tersimpan  tenaga  inti  (nuklir)  yang  luar  biasa besarnya. Tenaga nuklir itu hanya dapat dikeluarkan melalui proses pembakaran bahan bakar nuklir. Proses ini sangat berbeda  dengan  pembakaran  kimia biasa yang umumnya sudah dikenal, seperti pembakaran kayu, minyak dan batubara. Besar  energi  yang  tersimpan  (E)  di  dalam  inti  atom  adalah  seperti dirumuskan dalam kesetaraan massa dan energi oleh Albert Einstein :
E = m C
Dimana
m : massa bahan (kg)
C :  kecepatan  cahaya  (3  x  108  m/s).  


Energi  nuklir  berasal  dari perubahan sebagian massa inti dan keluar dalam bentuk panas. Dilihat  dari proses  berlangsungnya,  ada dua  jenis  reaksi  nuklir,  yaitu reaksi nuklir berantai tak terkendali dan reaksi nuklir berantai terkendali. Reaksi nuklir tak terkendali terjadi misal pada ledakan bom nuklir. Dalam peristiwa ini reaksi  nuklir  sengaja  tidak dikendalikan  agar dihasilkan  panas  yang luar biasa besarnya sehingga ledakan bom memiliki daya rusak yang maksimal. Agar reaksi nuklir yang terjadi dapat dikendalikan secara aman dan energi yang dibebaskan dari  reaksi  nuklir  tersebut  dapat  dimanfaatkan,  maka  manusia  berusaha  untuk membuat  suatu  sarana  reaksi  yang  dikenal  sebagai  reaktor  nuklir.  Jadi reaktor nuklir sebetulnya hanyalah tempat dimana reaksi nuklir berantai terkendali dapat dilangsungkan.  Reaksi berantai di dalam reaktor nuklir ini tentu sangat berbeda dengan reaksi berantai pada ledakan bom nuklir.
Untuk  mendapatkan   gambaran  tentang  besarnya  energi  yang  dapat dilepaskan oleh reaksi nuklir, berikut ini diberikan contoh perhitungan sederhana.
1 g (0,001 kg) bahan bakar nuklir U235. Jumlah atom di dalam bahan bakar ini adalah :
N = (1/235) x 6,02 x 1023 = 25,6 x 1020 atom U235.
Karena setiap proses fisi bahan bakar nuklir U235 disertai dengan pelepasan energi sebesar  200 MeV,  maka  1 g U235  yang  melakukan  reaksi  fisi sempurna  dapat melepaskan energi sebesar :
E = 25,6 x 1020 (atom) x 200 (MeV/atom) = 51,2 x 1022 MeV
Jika energi tersebut dinyatakan dengan satuan Joule (J), di mana
1 MeV = 1.6 x
10-13 J, maka energi yang dilepaskan menjadi :
E = 51,2 x 1022 (MeV) x 1,6 x 10-13 (J/MeV) = 81,92 x 109 J
Dengan  menganggap  hanya  30 % dari energi  itu dapat diubah  menjadi  energi listrik, maka energi listrik yang dapat diperoleh dari 1 g U235 adalah :
E listrik = (30/100) x 81,92 x 109 J = 24,58 x 109 J
Karena  1J = 1 W.s ( E = P.t), maka peralatan  elektronik  seperti pesawat tv
dengan daya (P) 100 W dapat dipenuhi kebutuhan listriknya oleh 1 g U235 selama : t = E listrik / P = 24,58 x 109 (J) / 100 (W) = 24,58 x 107 s
Angka 24,58 x 107 sekon (detik) sama lamanya dengan 7,78 tahun terus-menerus tanpa dimatikan. Jika diasumsikan pesawat TV tersebut hanya dinyalakan selama12  jam/hari,  maka  energi  listrik  dari  1  g  U235   bisa  dipakai  untuk  mensuplai kebutuhan listrik pesawat TV selama lebih dari 15 tahun.


Prinsip Kerja PLTN
Proses   kerja   PLTN   sebenarnya   hampir   sama   dengan   proses   kerja pembangkit  listrik konvensional  seperti pembangkit  listrik  tenaga uap (PLTU), yang umumnya  sudah dikenal secara luas. Yang membedakan  antara dua jenis pembangkit listrik itu adalah sumber panas yang digunakan. PLTN mendapatkan suplai  panas  dari  reaksi  nuklir,  sedang  PLTU  mendapatkan  suplai  panas  dari pembakaran bahan bakar fosil seperti batubara atau minyak bumi.
Reaktor daya dirancang untuk memproduksi energi listrik melalui PLTN. Reaktor  daya  hanya  memanfaatkan  energi  panas  yang  timbul  dari  reaksi  fisi, sedang   kelebihan   neutron   dalam   teras   reaktor   akan   dibuang   atau   diserap menggunakan  batang  kendali.  Karena  memanfaatkan   panas  hasil  fisi,  maka reaktor  daya dirancang  berdaya  thermal  tinggi dari orde ratusan  hingga  ribuan MW. Proses  pemanfaatan  panas  hasil fisi untuk  menghasilkan  energi  listrik  di dalam PLTN adalah sebagai berikut :
1. Bahan  bakar  nuklir  melakukan  reaksi  fisi  sehingga  dilepaskan  energi dalam bentuk panas yang sangat besar.
2. Panas  hasil  reaksi  nuklir  tersebut  dimanfaatkan  untuk  menguapkan  air pendingin, bisa pendingin primer maupun sekunder bergantung pada tipe reaktor nuklir yang digunakan.
3. Uap air yang dihasilkan dipakai untuk memutar turbin sehingga dihasilkan energi gerak (kinetik).
4. Energi kinetik dari turbin ini selanjutnya dipakai untuk memutar generator sehingga dihasilkan arus listrik.


Secara ringkas dan sederhana, rancangan PLTN terdiri dari air mendidih, boiling  water reactor  bisa mewakili   PLTN pada umumnya,  yakni setelah  ada reaksi nuklir fisi, secara bertubi-tubi,  di dalam reaktor, maka timbul panas atau tenaga lalu dialirkanlah  air di dalamnya. Kemudian uap panas masuk ke turbin dan turbin berputar  poros turbin dihubungkan dengan generator  yang menghasilkan listrik.


Reaktor Nuklir
Reaktor  Nuklir   adalah   suatu   alat   dimana   reaksi berantai   dapat dilaksanakan berkelanjutan dan dikendalikan. Atau dengan kata lain reaktor nuklir merupakan  suatu wadah bahan-bahan  fisi dimana  proses reaksi berantai  terjadi terus  menerus  tanpa  berhenti  atau  tempat  terjadinya  reaksi  pembelahan  inti (nuklir).  Bagian  utama  dari  reaktor  nuklir  yaitu:  elemen  bakar  (batang-batang bahan bakar), perisai (perisai termal), moderator dan elemen kendali.
Bahan bakar yang digunakan didalam reaktor nuklir ada tiga jenis antara lain :
- Uranium-235 (U235),
- Uranium-233 (U233),
- Plutonium-239 (Pu239).
Dari ketiga jenis bahan bakar diatas, yang paling sering digunakan sebagai bahan bakar reaktor adalah Uranium-235 (U235).



Gambar 6: Reaksi berantai divergen


Reaksi  fisi  berantai  terjadi  apabila  inti  dari  suatu  unsur  dapat  belah (Uranium-235,  Uranium-233)  bereaksi dengan neutron termal/lambat  yang akan menghasilkan unsur-unsur lain dengan cepat serta menimbulkan energi panas dan neutron-neutron baru. Untuk mengendalikan reaksi berantai dalam reaktor nuklir maka  digunakanlah  bahan  yang  dapat  menyerap  neutron,  misalnya  Boron  dan Cadmium.  Yang  bertujuan  untuk  mengatur  kerapatan  dari  neutron.  Dengan mengatur kerapatan neutron ini maka tingkat daya raktor nuklir dapat ditentukan, bahkan reaksi dapat dihentikan sama sekali (sampai 0) pada saat semua neutron terserap oleh bahan penyerap.
Perangkat  pengatur  kerapatan  neutron  pada  reaktor  nuklir  ini  disebut dengan  elemen  kendali.  Jika elemen  kendali  disisipkan  penuh  diantara  elemen bakar, maka elemen kendali akan menyerap neutron secara maksimum sehingga reaksi berantai akan dihentikan dan daya serap batang kendali akan berkurang bila batang  kendali  ditarik  menjauhi  elemen  bakar.  Di sini pengendalian  dilakukan terhadap   pelepasan   dan   penyerapan   neutron   selama   berlangsungnya   reaksi berantai.
Neutron  yang  dilepaskan  dalam  suatu  reaksi  berantai  dapat  dibagi menjadi empat kelompok, yaitu :
1.   Meninggalkan material fisi.
2.   Tidak berfisi, ditangkap oleh U238 membentuk Pu239.
3.   Tidak berfisi, ditangkap oleh material batang kendali (control-rod).
4.   Berfisi, ditangkap oleh U239 dan U233.
Apabila  jumlah  nutron  yang dilepaskan  oleh  proses  fisi sama  dengan jumlah  empat bagian  nutron  diatas,  maka energi panas yang dihasilkan  adalah konstan.  Atau sebaliknya  jika jumlah nutron yang dihasilkan  lebih kecil, maka reaksi  berantai  akan  berhenti.  Apabila  lebih  besar,  maka  laju fisinya  naik  dan menjadi  tidak terkendali.  Gambar  dibawah  menunjukkan  skema sebuah reaktor nuklir.


Gambar 7 : Skema reactor nuklir


Komponen utama reaktor nuklir antara lain :
1.   Inti reactor 5.   Tangki Reaktor
2.   Moderator 6.   Fluida Pendingin
3.   Perisai Termal 7.   Perisai Biologi
4.   Reflektor 8.   Batang-batang kendali


1. Inti reaktor : Dibuat dari batang-batang bahan bakar yang berisi uranium alam, uranium yang dipercaya, plutoium, atau U-233. Batang-batang bahan bakar tersebut dapat dicampur dengan material-material tidakberfisi.
2.Moderator : Berfungsi untuk memperlambat kecepatan nutron sehingga berkecepatan normal. Biasanya dibuat dari granit yang membungkus bahan bakar, tetapi mungkin juga air berat, air ringan (normal), atau berilium. Moderator dapat juga dicampur dengan bahan bakar.
3. Perisai Termal : Berfungsi menyerap radiasi (parikelb , nutron yang Makalah PLTN2005 12 terlepas, dan sinar gamma) yang terjadi karena proses fisi. Karena itu perisai menyelubungi inti reaktor, biasanya dibuat dari besi, menyerap energi dan menjadi panas.
4. Reflektor : Berfungsi untuk memantulkan kembali nutron yang meninggalkan inti bahan bakar. Pada gambar diatas menunjukkan bahwa tepi moderator juga berfungsi sebagai reflektor, selain reflektor yang diletakkan di dalam perisai termal dan menyelubungi inti reaktor.
5. Tangki Reaktor :  Berfungsi untuk membungkus seluruh inti reaktor, reflektor dan perisai termal. Dengan demikian tangki reaktor membentuk pula saluran untuk mengatur aliran pendingin melalui dan mengelilingi inti reaktor.
6. Fluida Pendingin:Membawa panas yang dihasilkan dari proses fisi untuk berbagai keperluan, antara lain sebagai pemanas air ketel pada pusat tenaga uap. Menjaga agar bahan bakar reaktor dan perlengkapannya ada pada temperature yang diperbolehkan (aman dan tidak rusak).
7. Perisai Biologi :  Membungkus reaktor untuk menahan dan melemahkan semua radiasi yang mematikan sebagai akibat dari proses fisi. Perisai biologi dapat dibuat dari besi, timah hitam atau beton tebal dicampur oksida besi.
8. Batang-batang kendali: Berfungsi mengendalikan proses fisi (pembangkitan panas) di dalam reaktor, yaitu dengan menyerap nutron berlebihan yang terjadi dari proses fisi. Batang-batang kendali biasanya terbuat dari boron atau hafnium yang dapat menyerap nutron.


Jenis-jenis Reaktor Nuklir


Teknologi PLTN dirancang agar energi nuklir yang terlepas dari proses fisi  dapat  dimanfaatkan  sebagai  sumber  energi  dalam  kehidupan  sehari-hari. PLTN  merupakan  sebuah  sistim  yang  dalam  operasinya  menggunakan  reaktor daya yang  berperan  sebagai  tungku  penghasil  panas.  Dewasa  ini ada berbagai jenis PLTN yang beroperasi. Perbedaan tersebut ditandai dengan perbedaan tipe reaktor daya yang digunakannya. Masing-masing jenis PLTN / tipe reaktor daya umumnya  dikembangkan  oleh negara-negara  tertentu, sehingga seringkali  suatu jenis PLTN sangat menonjol dalam suatu negara, tetapi tidak dioperasikan oleh negara   lain.   Perbedaan   berbagai   tipe   reaktor   daya   itu   bisa   terletak   pada penggunaan bahan bakar, moderator, jenis pendinging serta perbedaan-perbedaan lainnya.
Perbedaan  jenis  reaktor  daya  yang  dikembangkan  antara  satu  negara dengan  negara  lain  juga  dipengaruhi  oleh  tingkat  penguasaan  teknologi  yang terkait  dengan  nuklir  oleh  masing-masing  negara.  Pada  awal  pengembangan PLTN pada tahun 1950-an, pengayaan uranium baru bisa dilakukan oleh Amerika Serikat  dan  Rusia,  sehingga  kedua  negara  tersebut  pada  saat  itu  sudah  mulai mengembangkan  reaktor daya berbahan bakar uranium diperkaya. Sementara itu di   Kanada,   Perancis   dan   Inggris   pada   saat   itu   dipusatkan   pada   program pengembangan reaktor daya berbahan bakar uranium alam. Oleh sebab itu, PLTN yang  pertama  kali  beroperasi  di  ketiga  negara  tersebut  menggunakan  reaktor berbahan bakar uranium alam. Namun dalam perkembangan berikutnya, terutama Inggris  dan  Perancis   juga  mengoperasikan   PLTN  berbahan   bakar  uranium diperkaya.
Macam-Macam Reaktor Nuklir :
a. LWR : Light Water Reactor / Reaktor air Ringan.
  • PWR : Presured Water Reactor / Reaktor Air Tekan.
  • BWR : Boiling Water Reactor / Reaktor Air Mendidih.
b. HWR : Heavy Water Reactor / Reaktor Air Berat.
c. HTGR : High Temperatur Gas Reactor / Reaktor Gas Suhu Tinggi.
h. MSBR : Molten Salt Breder Reactor / Reaktor Pembiak Garam Meleleh.

1.  LWR (Light Water Reactor) / Reaktor air Ringan
Sebagian  besar  reaktor  daya  yang  beroperasi  dewasa  ini  adalah  jenis Reaktor   Air   Ringan   atau   LWR   (Light   Water   Reactor)   yang   mula-mula dikembangkan  di  AS   dan   Rusia. Disebut Reaktor Air Ringan karena H2O   kemurnian   tinggi   sebagai   bahan   moderator   sekaligus pendingin   reaktor.   Reaktor   ini   terdiri   atas   Reaktor   Air   tekan   atau   PWR (Pressurized  Water Reactor) dan Reaktor Air Didih atau BWR (Boiling Water Reactor) dengan jumlah yang dioperasikan  masing-masing  mencapai 52 % dan 21,5 % dari total reaktor daya yang beroperasi. Sedang sisanya sebesar 26,5 % terdiri atas berbagai type reaktor daya lainnya.
a.   PWR (Presured Water Reactor) / Reaktor Air Tekan
Reaktor  Air  Tekan  juga  menggunakan   H2O  sebagai  pendingin sekaligus moderator. Bedanya dengan Reaktor Air Didih adalah penggunaan dua  macam  pendingin,  yaitu  pendingin  primer  dan  sekunder.  Panas  yang dihasilkan  dari reaksi fisi dipakai untuk memanaskan  air pendingin  primer. Dalam reaktor ini dilengkapi dengan alat pengontrol tekanan (pessurizer) yang dipakai   untuk   mempertahankan   tekanan   sistim   pendingin   primer. Pada pendigin primer memakai air dan dipanaskan inti sampai 600˚F tetapi air ini tidak mendidih karena berada didalam bejana yang bertekanan tinggi (sebesar 2250 psi). Air in dimasukkan kedalam pembangkit uap (satu atau dua) dengan tekanan 1000 psi, dan suhu 500˚F. Setelah melalui turbin uap dikembalikan ke kondensor.
Sistim pressurizer terdiri atas sebuah tangki yang dilengkapi dengan pemanas   listrik   dan   penyemprot   air.   Jika   tekanan   dalam   teras   reaktor berkurang,  pemanas  listrik  akan  memanaskan  air  yang  terdapat  di  dalam tangki pressurizer sehingga terbentuklah uap tambahan yang akan menaikkan tekanan  dalam  sistim  pendingin  primer.  Sebaliknya  apabila  tekanan  dalam sistim   pendingin   primer   bertambah,   maka   sistim   penyemprot   air   akan mengembunkan  sebagian  uap  sehingga  tekanan  uap  berkurang  dan  sistim pendingin  primer  akan  kembali  ke  keadaan  semula.  Tekanan  pada  sistim pendingin primer dipertahankan pada posisi 150 Atm untuk mencegah agar air pendingin  primer  tidak  mendidih  pada  suhu  sekitar  300  ºC.  Pada  tekanan udara normal, air akan mendidih dan menguap pada suhu 100 ºC.
Dalam  proses  kerjanya,  air  pendingin  primer  dialirkan  ke  sistim pembangkit  uap  sehingga  terjadi  pertukaran  panas  antara  sistim  pendingin primer dan sistim pendingin sekunder. Dalam hal ini antara kedua pendingin tersebut hanya terjadi pertukaran panas tanpa terjadi kontak atau percampuran, karena  antara  kedua  pendingin  itu  dipisahkan  oleh  sistim  pipa.  Terjadinya pertukaran  panas  menyebabkan  air  pendingin  sekunder  menguap.  Tekanan pada  sistim  pendingin  sekunder  dipertahankan  pada  tekanan  udara  normal sehingga air dapat menguap pada suhu 100 ºC. Uap yang terbentuk di dalam sistim pembangkit uap ini selanjutnya dialirkan untuk memutar turbin.
Pada  Reaktor  Air  Tekan  perputaran  sistim  pendingin  primernya betul-betul  tertutup,  sehingga  apabila  terjadi  kebocoran  bahan  radioaktif  di dalam teras reaktor tidak akan menyebabkan kontaminasi pada turbin. Reaktor Air Tekan juga mempunyai keandalan operasi dan keselamatan yang sangat baik. Salah satu faktor penunjangnya  adalah karena reaktor  ini mempunyai koefisien reaktivitas negatif. Apabila terjadi kenaikan suhu dalam teras reaktor secara  mendadak,  maka daya reaktor  akan segera  turun  dengan  sendirinya. Namun karena menggunakan dua sistim pendingin, maka efisiensi thermalnya sedikit lebih rendah dibandingkan dengan Reaktor Air Didih.





Gambar 8, Diagram Alir Reaktor Air Tekan


b.   BWR (Boiling Water Reactor) / Reaktor Air Mendidih


Reaktor  jenis  ini  menggunakan  air  biasa  (H2O)  sebagai  moderator maupun pendinginnya, sehingga termasuk kelompok reaktor air biasa / ringan. Pada  reaktor  air  didih  ini,  panas  hasil  fisi  dipakai  secara  langsung  untuk menguapkan  air pendingin  dan uap yang terbentuk  langsung  dipakai  untuk memutar turbin. Turbin tekanan tinggi menerima uap pada suhu sekitar 290 ºC dan tekanan sebesar 7,2 MPa. Sebagian uap diteruskan lagi ke turbin tekanan rendah.  Dengan  sistim  ini  dapat  diperoleh  efisiensi  thermal  sebesar  34  %. Efisiensi  thermal  ini  menunjukkan  prosentase  panas  hasil  fisi  yang  dapat dikonversikan menjadi energi listrik. Setelah melalui turbin, uap tersebut akan mengalami proses pendinginan sehingga berubah menjadi air yang langsung dialirkan ke teras reaktor untuk diuapkan lagi dan seterusnya. Dalam reaktor ini digunakan bahan bakar U235  dengan tingkat pengayaannya  3-4 % dalam bentuk UO2.






Gambar 9, Diagram Alir Reaktor Air Didih


2.   HWR (Heavy Water Reactor) / Reaktor Air Berat


Reaktor  ini  mempergunakan  air  berat  (D2O,  D  =  Deuterium  sebagai moderatornya.  Jenis  reaktor  ini  sering  disebut  CANDU  (Canada  Deuterium Uranium)  dan  dikembangkan  oleh  Atomic  Energi  Commission  dari  Kanada. Bilamana pada reaktor air biasa moderator  (H2O) berada dalam sebuah bejana, pada  reaktor  ini  moderatornya  (D2O)  berada  didalam  pipa-pipa  tekanan  yang besar (calandria). Selanjutnya dapat pula dikemukakan, bahwa sebuah reaktor air berat uranium dioksida alam (UO2) dapat dipakai sebagai bahan bakar. Reaktor ini menggunakan bahan bakar uranium alam sehingga harus digunakan air berat yang penampang  lintang  serapannya  terhadap  neutron  sangat  kecil.  Seperti  halnya Reaktor  Air tekan, Reaktor  CANDU  juga mempunyai  sistim pendingin  primer dan sekunder,  pembangkit  uap dan pengontrol  tekanan  untuk  mempertahankan tekanan tinggi pada sistim pendingin primer. D2O dalam reaktor CANDU hanya dimanfaatkan    sebagai   sistim   pendingin   primer,   sedang   sistim   pendingin sekundernya menggunakan H2O.
Dalam  pengoperasian  reaktor  CANDU,  kemurnian  D2O  harus  dijaga pada tingkat 95-99,8 %. Air berat merupakan bahan yang harganya sangat mahal dan  secara  fisik  maupun  kimia  tidak  dapat  dibedakan  secara  langsung  dengan H2O. Oleh sebab itu, perlu adanya usaha penanggulangan  kebocoran  D2O baik dalam bentuk uap maupun cairan. Aliran ventilasi dari ruangan dilakukan secara tertutup dan selalu dipantau tingkat kebasahannya, sehingga kemungkinan adanya kebocoran D2O dapat diketahui secara dini.



Gambar 10, Diagram Alir Reaktor Air Berat

3.   HTGR (High Temperatur Gas Reactor) / Reaktor Gas Suhu Tinggi


Reaktor   Gas   Suhu   Tinggi   adalah   jenis   reaktor   yang   menggunakan pendingin   gas   helium   (He) dan  moderator   grafit.  Reaktor   ini mampu menghasilkan  panas  hingga  750  ºC dengan  efisiensi  thermalnya  sekitar  40 %. Panas   yang   dibangkitkan   dalam   teras   reaktor   dipindahkan   menggunakan pendingin  He  (sistim  primer)  ke  pembangkit  uap.  Dalam  pembangkit  uap  ini panas akan diserap  oleh sistim uap air umpan (sistim sekunder)  dan uap yang dihasilkannya  dialirkan  ke  turbin.  Dalam  reaktor  ini  juga  ada  sistim  pemisah antara  sistim  pendingin  primer  yang  radioaktif  dan  sistim  pendingin  sekunder yang tidak radioaktif. Elemen  bahan  bakar  yang  digunakan  dalam  Reaktor  Gas  Suhu  Tinggi berbentuk bola, tiap elemen mengandung 192 gram carbon, 0,96 gram U235  dan 10,2 gram Th232 yang dapat dibiakkan menjadi bahan bakar baru U233. Proses fisi dalam teras reaktor mampu memanaskan gas He hingga mencapai suhu 750 ˚C. Setelah terjadi pertukaran panas dengan sistim sekunder, suhu gas He akan turun menjadi  250  ºC.  Gas  He  selanjutnya  dipompakan  lagi  ke  teras  reaktor  untuk mengambil  panas  fisi, demikian  seterusnya.  Dalam  operasi  normal,  reaktor  ini membutuhkan  bahan bakar bola berdiameter  60 mm sebanyak  ± 675.000  butir yang diletakkan di dalam teras reaktor. Rata-rata setiap butir bahan bakar tinggal di dalam teras selama enam bulan pada operasi beban penuh.


Gambar 11, Diagram Alir Reaktor Gas Suhu Tinggi

4.  LMFBR (Liquid Metal Fast Breder Reactor) / Reaktor Pembiak Cepat Logam Cair.
Pada reaktor nuklir jenis reaktor cepat (reaktor cepat), air tidak dapat digunakan sebagai pendingin reaktor karena air bersifat memoderasi neutron sehingga neutron cepat menjadi neutron thermal, oleh karena itu diperlukan pendingin yang mempunyai karakteristik yang berbeda dengan air. Pendingin logam cair selama ini sudah digunakan untuk reaktor cepat, diantaranya adalah Sodium, NaK, timbal, lead-bismuth eutectic dan dalam waktu dekat mercury juga akan digunakan sebagai pendingin reaktor jenis ini. Beberapa reaktor berpendingin logam cair diantaranya adalah Sodium-cooled fast reactor, lead-cooled fast reactor. 
Selain yang telah dipaparkan diatas reaktor juga ada yang berupa reaktor pembiak cepat logam cair (LMFBR). Sistem dari reaktor ini adalah sejenis reaktor cepat pendingin sodium dan programnya disempurnakan  beberapa kali. Reaktor ini  adalah  prototip  daya  975-MWth   (375  MWe)  dan  berguna  untuk  persediaan listrik bagi kisi TVA. Dalam sistem ini, seperti halnya  dalam setiap reaktor daya pendingin-sodium,  energi fisi di transfer ke sodium primer, dari sodium primer kesodium  di dalam  loop sekunder  didalam  penukar  gas menengah  (IHX),  dan akhirnya ke sistem uap air.


Gambar 12. reaktor logam cair.


5.    MSBR : Molten Salt Breder Reactor / Reaktor Pembiak Garam Meleleh.
Molten Salt Breder Reactors, MSBR merupakan salah satu jenis reaktor yang menggunakan garam cair sebagai pendinginnya, khususnya campuran flouride salts Flibe. MSBR beroperasi pada temperatur yang lebih tinggi dibandingkan dengan temperatur operasi reaktor berpendingin air, namun tekanan yang digunakan hampir sama dengan tekanan atmosfer, sehingga reaktor jenis ini dapat menekan tekanan mekanik yang bekerja pada system, sehingga aspek keselamatannya dapat meningkat. Oleh karenanya reaktor jenis ini mempunyai kemungkinan biaya konstruksi dan operasinya lebih murah dibandingkan dengan pembangkit listrik berbahan bakar batu bara.
Gambar 13. reaktor berpendingin garam cair.
Sistem Keselamatan
Sistem keselamatan operasi reaktor terutama ditujukan untuk menghindari bocornya radiasi dari dalam teras reaktor. Sistem keselamatan reaktor dirancang mampu menjamin agar unsur – unsur radioaktif didalam teras reaktor tidak terlepas ke lingkungan, baik dalam opearasi normal atau waktu ada kejadian yang tidak diinginkan.
Gambar 14. Sistem  Keselamatan Reaktor

BAB  IV
DAMPAK DARI PEMANFAATAN NUKLIR SEBAGAI PEMBANGKIT LISTRIK

  • Dampak positif adanya PLTN
Dampak positif dari adanya PLTN ini, adalah dapat menghasilkan daya listrik yang cukup besar sehingga pada saat terjadi beban puncak pemakaian daya listrik, kita tidak perlu kuatir lagi akan adanya pemadaman bergilir.
  • Dampak negatif adanya PLTN
Reaktor nuklir sangat membahayakan dan mengancam keselamatan jiwa manusia. Radiasi yang diakibatkan oleh reaktor nuklir ini ada dua, yaitu :
a. Radiasi Langsung yaitu radiasi yang terjadi bila radio aktif yang dipancarkan mengenai langsung kulit atau tubuh manusia.
b. Radiasi  tak  langsung   adalah  radiasi  yang  terjadi  lewat  makanan   dan minuman  yang  tercemar  zat radio  aktif,  baik  melalui  udara,  air,  maupun media lainnya.
Baik  radiasi  langsung  maupun  tidak  langsung,  akan  mempengaruhi fungsi  organ  tubuh  melalui  sel-sel  pembentukannya.  Organ-organ  tubuh  yang sensitif akan dan menjadi rusak. Sel-sel tubuh bila tercemar radio aktif uraiannya sebagai berikut:  terjadinya ionisasi akibat radiasi dapat merusak hubungan antara atom dengan molekul-molekul sel kehidupan, juga dapat mengubah kondisi atom itu sendiri, mengubah fungsi asli sel atau bahkan dapat membunuhnya.Pada prinsipnya, ada tiga akibat radiasi yang dapat berpengaruh pada sel, antara lain :
a.   Sel akan mati.
b.   Terjadi penggandaan sel, pada akhirnya dapat menimbulkan kanker.
c.   Kerusakan  dapat  timbul  pada  sel  telur  atau  testis,  yang  akan  memulai proses bayi-bayi cacat.
Masalah  lain  juga  ditimbulkan  oleh  limbah/sampah   nuklir  terhadap tingkat  kesuburan  tanah  limbah/sampah  nuklir  merupakan  semua  sisa  bahan (padat atau cair) yang dihasilkan dari proses pengolahan uranium, misalnya sisa bahan bakar nuklir yang tidak digunakan lagi, dan bersifat radioaktif, tidak bisa dibuang atau dihilangkan seperti jenis sampah domestik lainnya (sampah organik dan lain-lain.) Sampah nuklir ini harus ditimbun dengan cara yang paling aman. Hal  yang  saat  ini  dapat  dilakukan  oleh  manusia  hanyalah  menunggu  sampai sampah nuklir tersebut tidak lagi bersifat radioaktif, dan itu memerlukan  waktu ribuan tahun.
Selain  itu ada 3 metode  lain yang dapat digunakan  untuk  membuang limbah radioaktif yaitu:
1. Pengenceran   dan  penyebaran  (Dilute  and  Disprese):  Limbah  dengan konsentrasi rendah dilepas ke udara, air atau tanah untuk diencerkan atau dilarutkan sampai ke tingkat yang aman.
2. Penundaan  dan  Perusakan  (Delay  and  Decay):  Dapat  digunakan  untuk limbah  radioaktif  dengan  waktu  paro (half-lives)  relatif  singkat.  Zat-zat tersebut disimpan dalam bentuk cair atau lumpur di dalam tangki. Setelah 10-20  kali  waktu  paronya,  zat-zat  tersebut  mengalami  perusakan  atau pmbusukan   ke   tingkat   yang   tidak   berbahaya   atau   kemudian   dapat diencerkan dan disebarkan ke lingkungan.
3. Konsentrasi dan Pengepakan (Concentration and  Containment): digunakan  untuk  limbah  radioaktif  yang  sangat  toksik  dengan  dengan waktu  yang  panjang.  Limbah  tersebut  harus  disimpan  dalam  puluhan, ratusan  bahkan  ribuan  tahun,  tergantung  dari  komposisinya.  Zat-zatnya tidak hanya sangat radioaktif tapi juga bersuhu yang sangat panas.





Gambar 15. Tempat penyimpanan sampah Nuklir



http://www.batan.go.id/ensiklopedi/04/01/01/02/03.gif

Gambar 16. Daur ulang Limbah Nuklir


Ada beberapa bahaya lain dari PLTN yang perlu dipertimbangkan, antara lain :
a. Kesalahan  manusia  (human  error)  yang  bisa  menyebabkan  kebocoran, yang jangkauan radiasinya sangat luas dan berakibat fatal bagi lingkungan dan makhluk hidup.
b. Salah  satu  yang  dihasilkan  oleh  PLTN,  yaitu  Plutonium  memiliki  hulu ledak yang sangat dahsyat. Sebab Plutonium inilah, salah satu bahan baku pembuatan senjata nuklir. Kota Hiroshima hancur lebur hanya oleh 5 kg Plutonium.
c. Limbah  yang dihasilkan  (Uranium)  bisa berpengaruh  pada genetika.  Di samping itu, tenaga nuklir memancarkan  radiasi radio aktif yang sangat berbahaya bagi manusia.
Tabel 1. Beberapa kecelakaan yang pernah terjadi pada PLTN di beberapa lokasi Industri di dunia yang berkisaran  pada tahun 1976 – 1986.



International Atomic Energy Agency (IAEA) telah memperkenalkan 8 level skala kejadian kecelakaan nuklir agar menjadi informasi yang tepat terhadap masyarakat luas. Level level tersebut dikatagorikan berdasarkan tingkatan pengaruh/efek baik dalam PLTN itu sendiri maupun keluar PLTN. Delapan level tersebut adalah :
Tabel . Tingkat bahaya pada nuklir
ines.gif
Level 7
Level ini mengkatagorikan kecelakaan nuklir yang mengakibatkan efek yang sangat besar terhadap kesehatan dan lingkungan di dan sekitar PLTN. Yang termasuk dalam level ini adalah kecelakaan Chernobyl yang terjadi di Negara bekas Uni Soviet, sekarang Ukraina pada tahun 1986. Level ini bisa disamakan dengan kasus kecelakaan non-nuklir di Bhopal, India pada tahun 1984 dimana ribuan orang dikabarkan meninggal dunia.


Level 6
Pada level ini, kecelakaan nuklir diindikasikan dengan keluarnya radioaktif yang cukup signifikan, baik PLTN maupun kegiatan industri yang berbasis raioaktif. Contohnya adalah kecelakaan di Mayak, bekas Negara Uni Soviet pada tahun 1957.
Level 5
Level ini mengindikasikan kecelakaan yang mengeluarkan zat radioaktif yang terbatas, sehingga memerlukan pengukuran lebih lanjut. Contoh dari level ini yaitu kecelakaan/kebakaran pada rekator nuklir di Windscale, Inggris tahun 1957. Contoh lainnya yaitu kecelakaan di Three Mile Island yang merusak inti reaktor pada tahun 1979
Level 4
Level ini mengelompokkan kecelakaan nuklir yang mengakibatkan efek yang kecil terhadap lingkungan sekitar, inti reaktor dan pekerja (sesuai dengan batas limit yang diizinkan). Beberapa contoh kejadian kecelakaan dalam level ini yaitu kecelakaan pada :
  • Sellafield (Inggris), terjadi sebanyak 5 kali dari 1955 sampai 1979
  • PLTN Saint-Laurent (Perancis) tahun 1980
  • Buenos Aires (Argentina) tahun 1983
  • PLTN Tokaimura (Jepang ) tahun 1999.
Level 3
Kecelakaan yang dikelompokkan dalam level ini yaitu kecelakaan yang mengakibatkan efek yang sangat kecil dimana masih dibawah level/batas yang diizinkan, namun tidak ada perangkat keselamatan yang memadai. Contoh dari kecelakaan level ini yaitu kecelakaan pada THORP plant Sellafield di Inggris tahun 2005.
Level 2
Kecelakaan pada level ini tidak mengakibatkan efek apapun keluar larea, namun tetap ada kontaminasi didalam area. Level ini juga mengindikasikan kecelakaan yang disebabkan oleh kegagalan untuk memenuhi syarat syarat keselamatan yang seharusnya ada. Contoh kecelakaan dalam level ini adalah kecelakaan pada PLTN Forsmark Swedia pada bulan Juli 2006 yang lalu.
Level 1
Pada level ini, dikatagorikan kecelakaan yang merupakan anomaly dari pengoperasian sistem .
Level 0
Pada level ini tidak memerlukan tingkat keselamatan yang signifikan dan relevan. Disebut juga sebagai “out of scale”.

BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Pemanfaatan teknologi nuklir untuk pembangkit tenaga listrik adalah solusi terbaik manakala belum ada teknologi baru yang mampu menyediakan energi listrik secara besar-besaran dengan aman dan ekonomis. Segala upaya telah dilakukan untuk meminimalisasi resiko kecelakaan nuklir dan limbah nuklir sehingga sesuai tujuan penggunaaan teknologi nuklir  bagi kehidupan manusia dalam konsep energi maupun dalam konsep humanistik akan rasa aman dari radiasi dapat terpenuhi. Investasi pada penelitian daur ulang bahan bakar nuklir terus berlanjut, dan dengan prediksi beberapa ahli akan kelangkaan listrik , peningkatan harga bahan bakar fosil dan perhatian akan emisi gas rumah kaca akan menyadarkan pada kita akan kebutuhan  menggunakan teknologi nuklir sebagai sumber energi. Negara-negara maju sedah mulai menggunakan teknologi nuklir, tinggal negara-negara berkembang untuk  mengikuti jejaknya.


DAFTAR  PUSTAKA
Anang, Energi  Nuklir  Sebagai  Alternative  Pasokan  Energi  Listrik Dunia, Wikipedia, 2007
Ensiklopedi Bebas Berbahasa Indonesia, Siklus Bahan Bakar Nuklir, Wikipedia, 2007.
M. Nur GD, Bagaimana PLTN Menghasilkan Listrik, Pikiran Rakyat,1997.

Komentar

Postingan Populer